Demi memenangkan sayembara berhadiah 2 miliar dari sebuah perusahaan sabun, warga desa di tepi Danau Maninjau, Sumatera Barat, menyusun rencana besar. Pemenang sayembara itu, Angku Wan, yang merupakan tetua adat di desa itu, meninggal dunia sebelum sempat mengklaim hadiah. Dengan berbagai cara, warga desa, termasuk Ni Ta, Da Am, Si Mar, dan lainnya, berusaha meyakinkan perusahaan sabun itu bahwa Angku Wan masih hidup. Niat mereka bukan karena keserakahan, melainkan ingin menggunakan hadiah itu untuk tujuan yang mulia, seperti membangun desa demi kesejahteraan bersama, sesuai pesan terakhir Angku Wan. Namun, rencana yang disusun warga desa itu menuai dukungan dan pertentangan. Situasi makin pelik ketika Anwar, perwakilan perusahaan sabun, tiba-tiba datang ke desa untuk mengukuhkan pemenang.